Rabu, 09 April 2014

Laporan Biologi Parasit Schistosoma sp


A.     Tinjauan Teori
Schistosoma sp. Adalah  parasit dalam class Trematoda, Famili Schistomsomatidae, Genus : Schistosoma. Ukuran cacing dewasa di dalam pembuluh darah induk semang dapat mencapai 30 mm. Tidak semua Schistosma sp. menimbulkan  penyakit pada hewan dan beberapa di antaranya hanya bersifat penumpang tanpa menimbulkan gejala klinik.
S. bovis dapat ditemukan pada vena portal dan vena mesentricalis sapi, damba dan kambing di Afrika Timur, Afrika Tengah, Afrika Barat, daerah Laut Tengah. Meskipun jarang, S. bovis pernah ditemukan pada manusia.


                S.japonikum dapat ditemukan pada vena portal dan vena mesentericalis sapi, domba dan kambing di manusia ataupun hewan (ruminansia, kuda, babi, anjing, kucing, dan rodensia). Distribusi S.japonikum meliputi Jepang, Taiwan,dan China.
                S.mekongi dapat ditemukan pada  anjing  dan manusia di Cambodia dan Malaysia.
S.mattheei ditemukan pada vena portal, vena mesentericalis, vena pada daerah saluran urogenital, perut ruminansia, bangsa kuda, satwa primata baboon, dan rodensia di Afrika Tengah, Selatan dan Timur. Parasit ini juga menyerang manusia, namun penyakitnya bersifat ringan.
                Telur Schistosoma sp.dikeluarkan oleh induk semang lewat tinja. Telur menetas dalam tempo sekitar tiga minggu menjadi miracidium. Miracidium dapat berenang dan mencari siput air tertentu sebagai induk semang antara (intermediate host) dan membentuk sporacyst. Sebagai induk semang antara  S. Bovis adalah Bulimus (Physopsis) africanus; BL .(P) globosus; BL.(P) nastusus  ; dan BL. (P )trunctatus.
                Induk semang S.japonikum  menggunakan siput Lithoglyphopsis aperta sebagai induk semang anatara, sedangkan S.matthei menggunakan siput Bulinus spp.
Di dalam tubuh siput terjadi  fase berikutnya yang disebut cercaria. Cercaria secara aktif keluar dari siput dan berenang di air mencari induk semang definitif, yakni mamalia atau manusia.
Sumber  Penular
Sumber atau resevoir parasit penyebab schistomiasis adalah bangsa burung (terutama itik liar) dan mamalia (sapi, kerbau, domba, kambing, kuda anjing, babi, tikus, dan kera).
Penularan
Penularan pada sapi, kuda, dan hewan lain terjadi pada saat hewan tersebut berdiri di tepi danau atau dam,  yang airnya dangkal untuk makan atau minum. Cercaria dapat menembus kulit hewan yang utuh (tanpa luka), menjadi schistosomula, dan terbawa lewat aliran darah ke paru-paru. Kemudian tumbuh menjadi cacing dewasa.
                Manusia tertular penyakit dengan cara seperti pada hewan. Dengan kata lain, manusia tidak tertular secara langsung dari hewan yang bertindak sebagai reservoir parasit, tetapi parasit tersebut memerlukan induk semang antara (siput)  menjadi bentuk cercaria.
Gejala Klinik                                                                          
a. Hewan
                Dikenal dua sindroma klinik pada hewan, yakni sindroma intestinal dan sindroma hepatik. Sindroma intestinal bersifat akut yang disebabkan oleh investasi cacing dalam jumlah banyak, sehingga menyebabkan perdarahan pada mukosa usus halus dan rektum. Gejala yang terlihat adalah diare, anoreksia, dehidrasi, dan penurunan berat badan yang hebat. Gejala batuk dapat ditemukan apabila schistosomula berimigrasi dalam jumlah besar ke paru-paru, namun hal ini jarang terjadi.
                Sindroma hepatik merupakan respon cell-mediated immunity dari induk semang akibat investasi telur cacing di hati.

b. Manusia
Pada bentuk kutan, seperti nama umum dari penyakit ini, yakni swimmer’s itch. Gejala klinik yang  menonjol adalah timbulnya kegatalan hebat setelah penderita berenang di danau atau di sungai.Beberapa saat kemudian timbul papula berwarna merah bersifat terbatas dan terkadang-kadang menyeluruh (difusa). Papula akan hilang sesaat dan digantikan oleh makula yang dikelilingi oleh zona warna kemerah-merahan. Pada tahap ini, rasa gatal timbul lebih parah.
                Pada tahap selanjutnya, muncul  vesikula. Vesikula pecah setelah satu minggu dan meninggalkan bekas berupa hiperpigmentasi kulit.Pada bentuk visceral gejala klinik tergantung pada darah yang diserang parasit tersebut. Apabila parasit terdapat dalam jumlah besar di usus, maka terjadi diare yang disertai perdarahan.


Diagnosis
                Diagnosis  tidak dapat didasarkan pada pemerikasaan klinik saja karena gejala yang muncul sangat umum. Diagnosis didasarkan pada ditemukannya telur cacing dalam tinja yang bercampur lendir atau darah. Telur cacing juga dapat dietemukan lewat kerokan rectum( rectal scraping) . bentuk telur cacing penyebab schistomiasis cukup spesifik karena mempunyai sebuah “tanduk” pada salah satu ujungnya. Sejauh ini belum diketahui  ada uji serologik yang relevan sebagai cara diagnosis.

Pengendalian dan Pencegahan
Pengendalian penyakit dalam arti penurunan tingkat penularan dilakukan dengan jalan mengurangi populasi siput sebagai induk semang antara parasit. Kombinasi senyawa coppersulfate dan carbonate, sodium pentachloro dilaporkan cukup baik sebagai (mulosisida) pengontrol populasi siput dan pengobatan pada hewan secara besar-besaran pernah dilakukan di  China karena hewan dianggap sebagai reservoir parasit yang dapat menular ke manusia.
Frescon dan Bayluscide juga dapat diganakan sebagai mulosisida yang baik. Pemberantasan atau eradikasi siput dalam areal luas sulit dilakukan. Kontak antara siput dan hewan dapat dikurangi dengan pemberian pagar sekeliling danau atau kolam air. Siput sebagai induk semang schistosoma sp.senang  hidup di air tenang atau aliran air yang pelan. Aliran air yang deras akan mengurangi populasi siput.
Secara eksperimental, pengendalian secara biologik menggunakan larva trematoda Echinostoma spp sebagai predator dari larva Schistosoma  sp.dalam tubuh siput cukup berhasil, namun belum efektif di lapangan.
Vaksin terhadap S.bovis pernah dicoba pada sapi dan domba. Vaksin menggunakan schistosomula yang diinaktifasi secara radiasi dan disuntikkan  sub-kutan atau intra-muskuler memberikan perlindungan sebesar 60%. Secara ekonomik, vaksin ini memberikan tambahan berat badan yang nyata dibandingkan dengan hewan kontrol. Disarankan untuk tidak mandi atau berenang di danau yang diketahui atau mempunyai sejarah tercemar parasit  penyebab schistosomiasis.
Pengobatan
                Pengobatan pada hewan dapat dilakukan dengan praziquatel, dosis 25 mg/kg berat badan, dan diulangi 3-5 minggu kemudian, memberikan hasil yang efektif.
Pengobatan pada orang dapat dilakukan dengan prazikuquantel. Beberapa antelmintika pernah dicoba, misalnya dengan niridazole, hykanthone, lucanthone, furapromidium, tetapi hasilnya tidak sebagus dengan paraziquantel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar